home.co.id - 20/05/2018
Solusi arsitektur untuk memperbanyak ruang dengan konsep split level. Hal ini telah dibahas panjang pada Tabloid Bintang Home baru-baru ini, untuk rubrik Tematik. Artikel itu membahas tentang hasil peliputan Splow House di Jakarta, karya Delution. Dengan nara sumber Fahmy Desrizal Mahdy, Associates Director Delution.
Ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya, terutama tentang pertanyaan, benarkah split level lebih murah?
Split Level Lebih Murah?
“Arti murah tidak semata-mata dikonversikan ke uang. Coba perhatikan dua tipe rumah yang sama, bandingkan jumlah dan luasan ruangnya, konsep rumah, material yang digunakan, dan tingkat eye catching-nya. Konsep split level pasti unggul dari segi fungsi, kenyamanan, dan desain,” kata Fahmy.
"Sebagai gambaran, pada 2015, kami membuat Splow House dengan biaya Rp 800 juta. Rumah dengan luas yang sama dijual oleh pengembang seharga Rp 1,2 miliar."
Dari segi ruang, rumah dengan split leve juga memiliki banyak keuntungan. “Rumah dengan luas bangunan 140 meter persegi, kalau kita bangun dua lantai kemungkinan hanya bisa mendapat dua kamar tidur dan satu kamar pembantu.
Dengan konsep split level, kita bisa mendapat tiga kamar tidur, satu kamar pembantu, dan dua kamar mandi. Juga bisa didapat void yang tinggi sekali, yaitu 8 meter, sehingga sangat bagus untuk membuang udara panas dari dalam rumah. Kalau konsep umum kemungkinan hanya dapat satu void yang tidak setinggi itu,” paparnya.
Konsep split level membuat rumah terlihat memiliki lebih banyak tangga dibanding konsep umum. “Banyak tangga, banyak biaya, itu jika menggunakan tangga cor. Jika tangga menggunakan struktur baja, hal tersebut tidak berlaku,” kata Fahmy.
“Sebenarnya yang membuat biaya agak mahal adalah peniadaan kolom di tengah bangunan,” buka Fahmy. Struktur beton maksimal 3,5 meter harus ada tiang penyangga. Namun Delution bisa menyembunyikan kolom tersebut di kiri dan kanan meskipun ukurannya lebih besar.
“Kolomnya kita buat pipih, tidak harus berbentuk kotak besar, yang penting volume beton yang ada di dalamnya sama. Dengan begitu, kolom bisa rata dengan dinding, tidak menonjol, sehingga terlihat clean,” jelas Fahmy.
Biaya juga bisa diminimalkan melalui pemilihan material. “Tidak perlu menggunakan material yang mewah. Misal, plafon menggunakan gipsum yang dilapis vinil, lantai menggunakan vinil bermotif kayu sehingga terlihat seperti lantai kayu namun bisa dipel biasa untuk menghemat bujet,” kata Fahmy.
“Anggaran terbatas adalah salah satu hal yang diutarakan klien saat awal meminta Delution untuk mendesain rumahnya,” kata Fahmy. Anggaran yang terbatas dan kebutuhan ruang yang banyak membuat Delution melahirkan konsep split and grow house yang berarti rumah split yang tumbuh seiring dengan kemampuan dana pemilik rumah.
Tumbuh bukan berarti menambah ruang atau menambah lantai, namun menyelesaikan ruang yang sudah terbangun. “Kami mengemas tampilan muka semua lantai secara utuh, sehingga seolah lantai tersebut sudah selesai dikerjakan. Namun sebenarnya ada dua ruang yang masih belum selesai," kata Fahmi.
Ia melanjutkan, "Nah, finishing atau material yang belum terpenuhi anggaran pada saat itu bisa dilanjutkan di fase pembangunan berikutnya. Dan pembangunan tersebut bisa dilanjutkan tanpa mengganggu aktivitas yang berlangsung di rumah,” kata Fahmy menjelaskan detil tentang konsep grow.