04/03/2021
Jakarta - Selain rumah The Twins di gang sempit Cipulir, Jakarta Selatan, sebuah rumah mungil lainnya di Tebet juga pernah menarik perhatian dunia. Rumah itu bernama Splow House dan menyabet penghargaan rumah kecil pilihan masyarakat pada ajang Arthicizer Award di tahun 2017.
Sama seperti The Twins, Splow House juga digarap desainnya oleh perusahaan arsitektur anak bangsa, Delution. Kepada detikcom, CEO Delution Muhammad Egha menjelaskan seluk beluk rumah Splow House. Rumah mungil ini dibangun di atas lahan seluas 90 meter persegi. Pembangunannya selesai sekitar tahun 2016. Berikut ini 3 fakta menariknya.
1. Mengusung Konsep Split House
Egha menjelaskan konsep Split House adalah penerapan gaya mezanine dalam rumah yang bertingkat, dia menyebutnya sebagai multi mezanine.
Dia menjelaskan rumah ini menggunakan sebutan tiap tingkat lantai menjadi setengah. Setidaknya ada 5 tingkat yang digunakan, mulai dari lantai setengah hingga lantai 2,5.
"Split jadi konsepnya, jadi ini seperti gaya mezanine, ada lantai setengah. Totalnya ada 5 lantai, tiap lantai dihitung setengah, mulai dari lantai setengah sampai 2,5. Jadi kita mau dapatkan banyak ruangan di tengah lahan yang sempit, cuma 90 meter," ungkap Egha kepada detikcom, Minggu (27/9/2020).
"Kalau kemarin saya baca review orang luar, bilangnya ini konsep multi mezanine split," ujarnya. Selain itu dia juga mengatakan pihaknya mendesain rumah dengan sebuah void utama, alias ruang kosong terbuka yang terletak di tengah-tengah konstruksi antara tingkat lantai. Egha menyebutkan void ini mampu menjadi tempat sirkulasi udara dan cahaya, selain itu membuat rumah menjadi kelihatan luas karena bentuknya terbuka. Fungsi lainnya bisa juga menjadi sarana komunikasi antar tingkat lantai.
2. Punya Ruangan Banyak di Lahan Sempit
Egha menceritakan, konsep ini dipilih untuk mengakali permintaan kliennya yang mau membuat rumah murah dengan banyak ruangan di lahan yang sempit. Untuk mengakali permintaan banyak ruangan, maka dari itu dipilih konsep split house. "Jadi kan kita ini desain keluar dari masalah klien, klien kita mau rumahnya punya banyak ruangan tapi ini sempit lahannya. Makanya kita buat lah konsep split, kalau cuma jadi dua tingkat mungkin nggak bisa banyak ruangannnya," ungkap Egha.
Di rumah Splow House, Egha menjelaskan lantai setengah digunakan untuk dapur, ruang makan, dan kamar mandi tamu. Sementara naik setengah lantai, digunakan untuk ruang tamu. Kemudian, di lantai berikutnya alias lantai 1,5 ada kamar untuk anak dan ruang kerja. Di lantai berikutnya, digunakan untuk kamar utama pemilik rumah. Terakhir, lantai paling atas digunakan untuk kamar asisten rumah tangga sekaligus untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Mulai dari urusan cuci baju, menjemur baju, hingga menyetrika baju.
3. Habiskan Biaya Rp 750 Juta
Egha juga menjelaskan pihaknya menerapkan konsep rumah tumbuh pada Splow House. Hal itu dilakukan karena permintaan klien yang mau menekan budget. Menurutnya, kalau rumah dibangun langsung selesai budgetnya akan besar. Maka dari itu dibangun bertahap dengan konsep rumah tumbuh. Bila ditotal menurutnya rumah Splow House bisa memakan dana Rp 750 juta lebih. Namun dalam tahap pembangunan yang pertama Egha memaksimalkan budget yang dimiliki klien untuk memulai pembangunan rumah. Totalnya sekitar Rp 600 jutaan dari budget yang harusnya disiapkan Rp 750 juta. "Jadi untuk permasalahan budget kita gunakan konsep rumah tumbuh juga kayak The Twins. Makanya namanya splow, split and grow singkatannya. Itu dulu klien ada sekitar Rp 600-an juta, kita pakai dulu. Selesai tahap satu dia tambah Rp 150 juta lagi, selesai," kata Egha. Pada rumah ini, pihaknya membangun semua bangunan terlebih dahulu. Konsep tumbuhnya diterapkan pada setiap ruangan. Jadi meski rumah sudah selesai semua, namun di tahap awal masih ada ruangan yang sebetulnya belum selesai pembuatannya.