Ring House merupakan rumah dengan konsep desain yang berawal dari keinginan klien untuk mengakomodasi hobi bermain basket antara ayah dan anak. Berlokasi di kawasan perumahan menengah di Serpong, rumah ini berdiri di atas lahan berukuran hanya 8×16 meter — ukuran yang tergolong kecil untuk sebuah rumah dengan fasilitas olahraga di dalamnya.
Namun, keterbatasan lahan tidak menjadi hambatan bagi arsitek untuk menghadirkan area basket pribadi. Justru elemen ini dijadikan konsep utama desain rumah, di mana area basket menjadi pusat aktivitas dan ruang komunal keluarga.
Arsitek mengembangkan ide “ring” bukan hanya sebagai lapangan basket, tetapi juga sebagai elemen visual dan struktural bangunan.
Konsep ini diterapkan melalui ruang void yang menghubungkan lantai bawah dan atas, menyerupai bentuk lingkaran ring basket. Ruang ini tidak hanya memperkuat identitas desain, tetapi juga memaksimalkan pencahayaan alami dan sirkulasi udara di dalam rumah.
Dengan luas lahan yang terbatas, arsitek perlu berkompromi dengan fungsi ruang tanpa mengorbankan kenyamanan.
Pendekatan ruang multifungsi menjadi kunci utama agar setiap area bisa dimanfaatkan secara maksimal.
Beberapa penerapannya antara lain:
Area basket yang juga berfungsi sebagai ruang berkumpul keluarga.
Ruang keluarga yang menyatu dengan kamar tamu untuk efisiensi ruang.
Dapur yang terintegrasi dengan area cuci dan jemur, serta walk-in closet dan kamar mandi di lantai dua yang melayani kebutuhan kamar utama dan kamar anak.
Desain ini tidak hanya memaksimalkan fungsi pada lahan terbatas, tetapi juga menciptakan aliran ruang yang terbuka, dinamis, dan menyenangkan — sesuai dengan semangat bermain basket yang menjadi inspirasi awalnya.
Ring House membuktikan bahwa rumah mungil sekalipun dapat menghadirkan ruang bermain, berkumpul, dan berinteraksi yang menyenangkan bagi seluruh anggota keluarga. Melalui perpaduan konsep olahraga, desain fungsional, dan ruang komunal, rumah ini menjadi simbol keseimbangan antara aktivitas, kebersamaan, dan kenyamanan hidup modern.