Monobox House yang berlokasi di Meruya terinspirasi dari tren rumah bergaya kontemporer modern yang berkembang di Jepang pada tahun 2016. Dari tren tersebut, arsitek kemudian mengembangkan konsep kubisme yang berakar dari bentuk dasar geometri.
Dari berbagai bentuk geometri, arsitek memilih persegi (square) sebagai refleksi terbaik dari konsep kubisme. Bentuk ini kemudian diterapkan secara konsisten, baik pada ruang dalam maupun luar rumah, untuk menciptakan karakter arsitektur yang kuat dan modern.
Dari pandangan atas, rumah ini terdiri dari empat bentuk persegi yang menyerupai kotak (box) dan saling terhubung membentuk satu kesatuan struktur bangunan.
Setiap ruang persegi diatur saling berhadapan sehingga rumah ini membutuhkan bukaan besar agar sirkulasi udara tetap optimal. Menariknya, setiap bukaan juga mengikuti bentuk persegi yang menyesuaikan layout ruangan, menjadikan keseluruhan desain tetap harmonis dan seragam.
Salah satu ciri paling menonjol dari Monobox House adalah penerapan nuansa monokrom yang memperkuat konsep kontemporer modern.
Alih-alih hanya menggunakan satu warna, rumah ini memadukan dua warna utama — putih dan abu-abu tua — yang menghasilkan kesan bersih, tenang, dan elegan.
Kombinasi ini tidak hanya menghadirkan keindahan visual, tetapi juga mempertegas bentuk-bentuk geometris rumah, menciptakan kontras yang halus namun berkarakter.
Lahan tempat Monobox House berdiri sebenarnya cukup luas, namun pemilik memilih untuk membangun rumah dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Sisa lahan direncanakan sebagai area pengembangan masa depan (future development).
Awalnya, rumah ini hanya dirancang untuk dikunjungi pada waktu tertentu. Namun, kemudian pemilik memutuskan untuk menetap secara permanen bersama keluarga.
Konsep kontemporer modern yang dinamis membuat desain rumah ini fleksibel untuk dikembangkan di masa depan tanpa kehilangan keselarasan dengan bangunan utama. Dengan kata lain, Monobox House dirancang untuk beradaptasi seiring waktu, baik dari segi fungsi maupun estetika.