Apa yang anda pikirkan saat pertama kali anda mendengar kantor partai politik? bagi kami DELUTION kantor politik khususnya di indonesia memiliki kesan yang kaku, tertutup, tidak bersahabat, dan membentengi diri dari lingkungan masyarakat.
Mungkin konflik yang sering terjadi baik di internal ataupun eksternal partai serta demo masyarakat menjadi alasan utama kantor partai berkesan benteng dan tertutup tersebut, namun secara filosofis, hal tersebut sangat bertentangan apabila melihat bahwa nyawa sebuah partai politik ada pada konstituennya yang merupakan masyarakat itu sendiri. Partai Golkar DPD DKI Jakarta, selaku pemilik proyek dan salah satu partai tertua di Indonesia berniat untuk melakukan suatu revolusi untuk menjadi partai yang lebih modern, transparan, kolaboratif, dan terbuka sehingga dapat mulai menarik perhatian generasi muda yang tertarik dengan dunia politik untuk bisa berpraktek secara langsung, tentunya semua visi itu harus sejalan dengan bangunan kantornya yang merupakan wadah utama aktifitas serta “wajah peradaban” dari partai politik ini.
Karna itulah kami di DELUTION mengusung konsep THE YELLOW GEM yang Artinya Konsep yang akan menjadikan Citra Partai Golkar (KUNING) ini seperti Permata (GEM) dimata Masyarakat Jakarta.
Melihat kondisi eksisting yang terdiri dari 2 bangunan, dimana 1 bangunan yang berfungsi sebagai kantor, serta 1 lagi bangunan yang tinggal menyisakan tulang dan beton seperti bangunan yang setengah jadi. Arsitek harus melakukan suatu perubahan dengan budget se-minim2nya mengingat dana partai berasal dari koletifitas para anggotanya serta dalam tempo waktu yang secepat-cepatnya karna saat itu partai golkar mengejar momen pemilihan gubernur Jakarta, dimana golkar ingin menggunakan kantor barunya sebagai venue tempat masyarakat bisa menyaksikan perhitungan suara bersama dengan Gubernur yang diusung oleh partai golkar itu sendiri. Arsitek mengusung tema utama pada restorasi bangunan ini yaitu “Revolusi”, dimana Restorasi ini tidak hanya membentuk suatu bangunan baru sebagai benda mati semata, namun juga banyak me-revolusi perilaku serta mental dari anggota partai serta masyarakat itu sendiri selaku pengguna dari bangunan ini. Konsep Revolusi itu sendiri mengusung 4 nilai utama sebagai dasar dari revolusi perilaku yang diterapkan dalam implementasi arsitektur bangunannya. Adapun keempat nilai tersebut adalah Open and Transparency, Green Reviving, Collaborative & Community Hub, serta Raising the Nationalism.
Dimulai dari nilai pertama, Open and transparency tidak sekedar berupa bentuk arsitektural yang “hanya” terbuka, namun juga akan mengubah perilaku pengguna bangunannya. Dimulai dengan konsep tanpa Pagar, satu konsep dimana partai ingin membuka diri ke Masyarakat sehingga akan mengubah pandangan masyarakat bahwa partai tidak menutup diri dan membentuk ekslusifitas. Paling tidak seluruh lantai 1 dari bangunan dengan total 3 lantai ini adalah fasilitas umum yang dapat dimasuki oleh masyarakat umum. fasilitas tersebut dilengkapi oleh lapangan umum, masjid, amphitheatre, kebun urban farming, perpustakaan, serta fasilitas komersil seperti toko Bunga, toko kreatif, toko bakery, minimart, serta café sebagai fasilitas penunjang ekonominnya. Lantai 2 dan 3 terisi oleh ruang-ruang kantor yang dimana ke-seluruh ruangan dibuat dengan kaca transparan yang sangat besar, sehingga tidak ada lagi ruang untuk melakukan suatu diskusi yang sifatnya tertutup dan tersembunyi seperti orang-orang partai pada umumnya. Konsep transparency ini melatih sekaligus me-revolusi perilaku orang partai politik yang umumnya bersifat tertutup menjadi lebih terbuka dan tidak ada yang perlu disembunyikan satu sama lain.
Nilai Kedua adalah Green reviving, dimana solusi membungkus tulang bangunan lama dengan tanaman adalah suatu solusi yang dirasa paling efisien baik dari biaya, waktu, serta menghasilkan satu wajah serta iklim arsitektur yang lebih baik dan modern. Tentunya cara ini bisa dilakukan tanpa mengotak ngatik tulang bangunan lama sehingga pekerjaan bisa lebih cepat dari waktu yang seharusnya. Kesan “Hidup kembali” dari bangunan sebelumnya yang terlihat seperti mati tanpa jiwa juga memberikan satu filosofis semangat baru untuk membangun kembali agar segala sesuatunya menjadi selalu tumbuh lebih baik tanpa batas seperti sifat dari tanaman itu sendiri. Konsep hijau tentunya tidak hanya dari “Tanamannya” namun juga memperhatikan aspek Hemat energinya, dimana setiap ruang di bangunan ini sangat kaya akan sinar matahari dan udara sehingga memperkecil penggunaan AC di dalamnya. Bangunan eksisting yang sebelumnnya massive juga kita buat dengan konsep layout koridor terbuka sehingga dapat membuat 75% dari luas bangunan merupakan area terbuka dan tanpa AC, mulai dari area kantor hingga area publiknya. Konsep ini sekaligus membuat suasana mikro di lahan ini menjadi terasa lebih sejuk dan dingin, hal ini juga secara tidak langsung me-revolusi perilaku masyarakat serta orang partai di Indonesia yang umumnya sering tidak menghargai tanaman dan taman. Dengan konsep bangunan yang menjadi indah karna tanaman, tentunya membuat orang-orang yang menggunakan bangunan ini menjadi lebih menjaga tanaman itu sendiri. Tentunya kita bias ber-kiblat kepada bangsa-bangsa yang sudah lebih maju bagaimana cara mereka menghargai sebuah “tanaman dan penghijauan” di kota mereka.
Nilai ketiga adalah Collaborative & Community Hub, konsep ini kami usung dengan suatu tujuan dimana agar Golkar DKI Jakarta bisa menunjukan kepada masyarakat bahwa kolaborasi adalah suatu solusi terkuat atas masalah-masalah yang sedang dihadapi bangsa ini. Sudah bukan waktunya lagi bergerak sendiri-sendiri. bersatu padu, gotong royong dan berkerjasama adalah hal yang sifatnya sudah wajib di era dan zaman keterbukaan informasi dan media ini. Konsep ini kami terapkan dari yang paling dasar yaitu ruang-ruang anggota partai itu sendiri, dimana tidak ada lagi ruangan yang bersifat milik pribadi dan individual seperti “Ruang Ketua” atau “Ruang Sekretaris”. Semua ruangan adalah milik bersama, dapat digunakan bersama, dan selalu terbuka untuk siapapun yang menjadi kader golkar. Hal ini tentunya sangat mengubah perilaku petinggi-petinggi partai/organisasi yang umumnya meng-ekslusifitaskan dirinya karna jabatan yang diembannya, sehingga seringkali terasa jarak antara pimpinan dan anggotanya. Untuk Community Hub, kami terapkan dengan membuka fasilitas di lantai 1 menjadi wadah aktifitas kebersamaan antara warga dan komunitas-komunitas di Jakarta yang jumlahnya ribuan. Aktifitas itu dapat ditemukan dengan adanya amphitheatre yang sewaktu-waktu bias menjadi area untuk seminar kecil, dan acara komunitas serupa lainnya seperti talkshow, music performance, art performance, exhibition, dan lainnya. Selain amphitheatre, taman tengah juga dapat digunakan untuk berbagai acara masyarakat, mulai dari acara pertemuan, diskusi warga, teman bermain anak, hingga menjadi venue pernikahan dengan konsep outdoor party.
Nilai yang terakhir sekaligus nilai ke-4 adalah Raising the Nationalism, dimana kami ingin menumbuhkan kembali semangat nasionalisme ada setiap anggota, simpatisan, serta masyarakat yang dating ke kantor golkar ini. Dimana semangat nasionalisme itu kami terapkan ke dalam bentuk nama setiap ruangan yang menggunakan symbol-simbol kebangsaan seperti bhineka tunggal ika, Pancasila, sumpah pemuda, proklamasi, Indonesia raya, serta nama-nama presiden yang pernah menjabat di Indonesia mulai dari Soekarno hingga Joko Widodo. Hal ini kami terapkan agar dalam hari-hari mereka menjalankan aktifitas, mereka bias memanggil ruang-ruang tersebut dengan sebutan symbol kebangsaan. Hal ini dalam rangka sebuah kampanye untuk kembali menyadarkan nilai-nilai kebangsaan itu sendiri yang secara perlahan mulai hilang di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Selain 4 nilai utama sebagai implementasi dari konsep revolusi diatas, arsitek juga menerapkan penggunaan material yang sifatnya un-finished, namun dibentuk dan dikemas secara estetis, selain dapat menghemat biaya, juga dapat mempersingkat waktu pekerjaannya sehingga menjadi solusi yang win-win antara tampilan, biaya dan waktu. Arsitek juga banyak menerapkan wayfinding sebagai sign penunjuk pada setiap lantai, ruang dan area-areanya, hal ini agar bias lebih membuat bangunan ini lebih ramah informasi kepada para penggunannya.
DELUTION
Muhammad Egha,
Hezby Ryandi,
Fahmy Desrizal,
Naufal Ryandi
Muhammad Egha
DELUTION Build (Ex CRI)
Fernando Gomulya
Fungsi Campuran
Cikini, Jakarta Pusat
DKI Jakarta
Indonesia
3400 m2
2600 m2
2016
2017
Selesai