04/03/2021
JAKARTA - Keterbatasan lahan di tengah kota tidak lantas membuat hunian menjadi kecil. Di tangan dingin arsitek, konsep hunian yang diimpikan dapat terwujud. Salah satu solusinya adalah desain pendekatan vertikal. Sejumlah hunian di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, misalnya, didesain dengan konsep Ster House oleh para arsitek dari Delution. Konsep ini diambil dari kata Stairs Tower yang mencerminkan eksekusi desain ‘menara tangga’ yang ada di rumah ini. (Baca: 9 Cara Menghindari Dosa Dusta dan Ghibah)
Meskipun banyak tangga di rumah, resting area juga dapat dihadirkan pada setiap bordes tangga yang dapat dijadikan tempat duduk dan istirahat. Sebab, mobilisasi utama dalam rumah adalah menggunakan tangga. Karena itu, agar area tangga memiliki suasana sejuk, terbuka dan tak terabaikan, Delution menghadirkan green wall berupa tanaman rambat pada sisi ini. Tangga yang memang terlihat banyak di rumah ini dibuat unik karena dalam satu zona semi-outdoor, hijau, dan terpisah dengan zona ruang utama. Dengan desain ini, sirkulasi servis tidak akan mengganggu zona-zona privat dari masing-masing lantai.
Hezby Riyandi, Chief Design Officer dari Delution, menjelaskan, keterbatasan lahan membuat pemisahan akses servis dan utama dengan dua jalur yang berbeda menjadi tidak efisien. Sementara klien menginginkan jalur asisten rumah tangga tidak mengganggu aktivitas pada ruang-ruang utama. "Oleh karena itu, kami memutuskan untuk memisahkan jalur akses vertikal dengan ruang-ruang dalam secara umum," Area servis berada di lantai satu, juga garasi yang menampung dua mobil dengan ukuran yang cukup besar. Sisa lahan dimanfaatkan untuk kebutuhan ruang hijau. "Kami mendesain rumah berkonsep upper house yang mana peruntukkan ruang-ruang di lantai satu hanya difungsikan untuk area carport dan servis. Sementara ruang-ruang utama ditempatkan di lantai dua dan tiga," ujarnya.
Konsep desain upper house ini kemudian memunculkan potensi ruang-ruang yang kemudian dikembangkan menjadi ruang-ruang hijau, seperti pada sisa ruang di area masuk lantai satu yang kemudian difungsikan menjadi taman kecil lengkap dengan ruang berkumpul semi outdoor untuk menerima tamu. Di atas lahan 103 m2 dan luas bangunan 210 m2 ini juga tampak asri dengan banyak tanaman di banyak sisi. Spot penghijauan di lantai satu juga diletakkan di area sirkulasi tangga utama yang merupakan satu-satunya akses untuk ke ruang-ruang utama pada lantai dua dan tiga. (Baca juga: Mengenal Penyakit Batu Empedu Sejak Dini)
Ada juga di bagian tangga yang didesain semi-outdoor bersanding dengan green wall tanaman merambat pada salah satu sisinya dan pot pohon pada area bordesnya. "Green wall ini memungkinkan penghuni untuk dapat menikmati suasana hijau baik dari lantai dua maupun tiga pada bangunan," sebut Hezby. Dari segi layout, arsitek membagi ruang komunal dan ruang tidur utama berada pada lantai dua. Pada ruang komunal yang bersandingan dengan akses tangga utama didesain bukaan dengan bukaan kaca yang besar untuk memudahkan pengawasan penghuni rumah ke area sirkulasi utama juga untuk menikmati view hijau pada area green wall.
Sementara pada area depan kamar tidur utama yang berhubungan langsung dengan fasad depan bangunan tersedia ekstensi ruang berupa taman gantung berisi pohon yang menciptakan suasana ruang kamar yang lebih asri juga seolah berada pada landed area. (Lihat videonya: Kesultanan Buton yang Tidak Pernah Dijajah Negara Eropa) Ruang-ruang yang berada di lantai tiga difokuskan untuk fungsi kamar tidur anak, dan minigym yang tetap difasilitasi dengan penambahan sedikit area hijau berupa rooftop garden.