ID EN
News

Creating Design With No Edge - Delution Architect

archify.com - 30/09/2016

Delution Architect merupakan sebuah perusahaan perencanaan arsitektur dan desain interior serta konstruksi yang didirikan oleh tiga arsitek muda yaitu Muhammad Egha, Sunjaya Askaria, dan Hezby Ryandi. Mereka sepakat mendirikan Delution pada tahun 2013 dan pada tahun berikutnya rekan mereka Fahmy Desrizal turut bergabung membangun Delution. Selain itu, ternyata Delution juga memiliki arti lain “Delution itu sebenernya singkatan dari Design Revolution, jadi kita ingin membangun sebuah konsultan yang mendesain, baik arsitektur maupun interior, dan hasilnya itu revolusioner. Sebagai contoh membuat rumah tidak hanya menjadi rumah biasa, tetapi juga rumahnya unik dan beda sesuai dengan arti dari revolution” Ujar Egha.
Meskipun terbilang masih baru dalam dunia arsitektur dan desain interior, namun Delution telah menorehkan prestasi yang membanggakan. Mereka berhasil memenangkan Asia Pacific Design Award 2015 untuk kategori “Corporate Space Small” melalui proyek kantor BBDO Indonesia. Proyek tersebut juga mendapat sorotan luas dari beberapa media cetak dan dunia internasional seperti China, Perancis, hingga Rusia.
Dalam mendesain, Delution selalu memastikan untuk membuat klien merasa puas dan kagum dengan hasil karyanya sehingga itu dapat menjadi sarana untuk mempromosikan hasil karya mereka secara tidak langsung. “Kita selalu menekankan 3 aspek utama dalam mendesain yaitu ‘Branding Identity’ yang artinya semua desain kita selalu merepresentasikan klien, kemudian ‘Green Design’ dalam hal ini gak selalu serba green, tapi kita terapin konsep hemat energi, dan yang terakhir ‘Fit to Behavior’ yaitu menyesuaikan dengan pengguna,” terang pria lulusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara ini. Penerapan aspek utama dari desain Delution dapat pula dilihat pada proyek Kantor SPPI yang merupakan pengembangan visualisasi dari logo perusahaan sebagai upaya Branding Identity.
Delution dan tim ingin lebih mengembangkan bisnis ini setelah membangun perusahaan yang berfokus pada bidang arsitektur dan desain interior, serta konstruksi (dengan nama Conclution). Mereka juga menargetkan untuk mengembangkan perusahaannya dalam bidang properti dan furnitur. Dengan begitu, Delution akan mampu memenuhi kebutuhan klien dari awal hingga akhir dalam tiap proyek yang ditanganinya.
Tidak ada strategi khusus bagi Delution untuk menghadapi pesaingan dalam bisnis ini. Egha mengatakan “Yang terpenting dari perusahaan jasa, yaitu service dan produk, itu aja kalau kita buat keduanya berjalan baik dan bagus harusnya kita gak perlu takut dengan competitor, kita tunjukin di bukti konkritnya, yaitu desain dan hasilnya” Ia juga menambahkan bagi para arsitek muda yang ingin terjun secara profesional dalam bisnis arsitektur dan desain interior agar jangan takut dengan persaingan yang ada. Menurutnya, arsitek muda di Indonesia saat ini sudah banyak yang memiliki kemampuan yang sangat bagus dan berpotensi untuk go international. Namun, sering kali yang menjadi kendala adalah kurangnya kepercayaan diri.
Egha juga mengatakan bahwa kini era sudah berubah, “Dulu publikasi susah, sekarang media sosial sudah banyak dan gampang diakses, seperti Instagram, facebook, dll. Sebagai arsitek ini positif karena mereka akan membantu untuk mempublikasikan kita bahkan mungkin bisa dapat klien dari sana ya ditambah denganBluprin yang lebih spesifik ke arsitektur dan desain interior itu sangat membantu kami”. Kini terdapat media promosi yang lebih mudah melalui internet yang dapat dimanfaatkan oleh banyak arsitek muda sehingga bisa mengembangkan usahanya dari sedini mungkin tanpa perlu bekerja bertahun-tahun pada perusahaan orang lain sebelum bisa meraih kesuksesan.
Article link : https://www.archify.com/id/archifynow/creating-design-with-no-edge-delution-architect

Kembali Berita